Di Balik Layar Penerjemahan: Tips Praktis, Kesalahan Lucu, dan Sisi Linguistik

Kalau kamu pikir menerjemahkan cuma soal mengganti kata A jadi kata B, kamu belum melihat layar komputer saya di malam hari. Ada kopi dingin, ada kamus terbuka, dan ada dialog batin tentang apakah “account” itu lebih cocok jadi “akun” atau “rekening”. Dunia penerjemahan itu penuh teka-teki—bahkan lucu kadang—tapi juga sarat ilmu linguistik yang bikin kita mikir dua kali sebelum tekan tombol kirim.

Tips Praktis yang Sering Saya Pakai (dan Kerja)

Sebelum mulai menerjemahkan, saya selalu membaca keseluruhan teks dulu. Bukan sekadar skim; benar-benar baca untuk menangkap gaya, nada, dan tujuan komunikasi. Ini kunci supaya hasilnya konsisten. Berikut beberapa rutinitas yang membantu saya:

– Buat glosarium singkat untuk istilah teknis. Sekali dibuat, hemat waktu berkali-kali.
– Tandai bagian ambigu. Kalau klien tidak jelas, tanya. Lebih cepat daripada menerjemahkan salah.
– Gunakan memori terjemahan (CAT tools) jika ada. Alat ini menyelamatkan dari terjemahan ulang frasa yang sama.
– Selalu cek angka, tanggal, dan satuan. Angka salah bisa fatal.
– Sisihkan waktu untuk proofread tanpa tergesa-gesa. Kadang yang paling memalukan adalah typo hukum atau nama merek yang salah.

Satu tips praktis lagi: jaga folder referensi. Saya punya satu folder penuh screenshot, gaya bahasa klien, dan contoh terjemahan terdahulu. Ketika ragu, buka folder itu—solusi biasanya sudah di situ.

Kesalahan Lucu (Yang Pernah Bikin Saya Tertawa)

Ada kisah kecil yang selalu saya cerita ke teman sejawat. Dulu, seorang rekan menerjemahkan menu restoran dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. “Grilled chicken with fresh herbs” dia terjemahkan jadi “ayam panggang dengan herbal segar”. Sangat formal. Namun yang lucu: dia menambahkan catatan kecil “tidak ada obat-obatan.” Kita tertawa sampai perut sakit. Kesalahan itu karena kata “herb” juga bisa terasa asing bila diterjemahkan kaku.

Atau ingat kapan mesin terjemahan mengubah “break a leg” menjadi “patahkan kakimu”? Drama panggung jadi horor. Kesalahan seperti ini mengingatkan kita bahwa kontekstualisasi dan idiom itu penting. Mesin bagus, tapi humor, budaya, dan permainan kata sering butuh sentuhan manusia.

Santai Tapi Penting: Kesalahan Umum yang Sering Terjadi

Di kalangan penerjemah, ada beberapa jebakan klasik: false friends (kata yang terlihat sama tapi beda makna), register yang tidak konsisten, dan literal translation. Contoh false friend: “actual” yang diartikan banyak orang sebagai “aktual” padahal lebih sering berarti “sebenarnya” atau “sesungguhnya” dalam konteks bahasa Inggris. Salah kaprah ini bisa bikin kalimat jadi janggal.

Saya juga sering menemukan masalah dengan tone. Klien ingin nada friendly tapi terjemahan terdengar kaku karena pilihan kata yang formal. Solusinya? Tentukan dulu persona pembaca. Siapa yang akan membaca teks ini? Apa tujuan komunikasinya? Jawaban sederhana itu mengubah gaya terjemahan secara drastis.

Sisi Linguistik: Kenapa Penerjemahan Itu Lebih dari Sekadar Kata

Penerjemahan menyingkap struktur bahasa yang berbeda—morfofonemik, sintaksis, pragmatik—semua itu berperan. Misalnya, urutan kata dalam bahasa sumber bisa membuat efek tertentu yang sulit dipindah ke bahasa target tanpa mengorbankan makna implisit. Di sinilah teori linguistik berguna: memahami peran topik, fokus, dan gramatikalisasi membantu mencari solusi kreatif.

Saya suka memikirkan penerjemahan sebagai pekerjaan jembatan. Bukan hanya memindahkan informasi, tapi juga menyeberangkan nuansa, budaya, dan ekspektasi pembaca. Kadang harus menambah sedikit penjelasan, kadang penghilangan singkat malah membuat teks lebih natural. Itu seni yang menantang.

Oh ya, kalau kamu lagi cari referensi penerjemah atau direktori layanan, saya pernah nemu tautan yang cukup membantu di cevirmenler—lumayan untuk cek profil atau portofolio penerjemah lain.

Akhir kata: jadilah penerjemah yang sabar dan penasaran. Dunia penerjemahan penuh jebakan manis dan lelucon tak terduga, tapi setiap proyek adalah kesempatan belajar. Terus baca, terus tanya, dan jangan takut untuk tertawa kalau pernah menerjemahkan “break a leg” secara harfiah. Kita semua pernah berada di sana.

Leave a Comment