Judulnya “Curhat Penerjemah: Tips Praktis dan Lucu dari Dunia Linguistik”, tapi tenang—ini bukan seminar akademis. Ini curhatan pribadi, ditulis sambil menyeruput kopi yang setengah dingin dan disela koreksi subtitle. Kalau kamu pernah berpikir pekerjaan penerjemah itu cuma mengganti kata A jadi kata B, siap-siap dikejutkan. Dunia penerjemahan penuh kompromi, cita rasa, dan kadang konyolnya minta ampun.
Realita kerja: lebih dari sekadar kosakata
Di permukaan, kita memang berkutat dengan kosakata. Tapi lebih sering lagi kita bertemu konteks, nada, dan budaya. Klien mau “formal”, tapi target audiensnya millennials yang kerap pakai slang. Harus gimana? Menyadur, bukan menerjemah kata demi kata. Prinsip dasar yang sering saya ulang-ulang: makna dulu, bentuk belakangan.
Satu contoh sederhana: frase bahasa Inggris “break a leg” nggak mungkin diterjemahkan jadi “patahkan kakimu”. Solusi umum: cari idiom yang maknanya setara di bahasa target. Kalau tidak ada, buat penjelasan singkat. Itu seni memilih antara kejelasan dan kesetiaan teks asli.
Tips praktis: trik, tools, dan sedikit rahasia
Nah, bagian ini kayak checklist survival kit buat penerjemah pemula — dan mungkin juga untuk yang sudah lama berkutat tapi kadang masih panik. Pertama, kenali klien dan audiens. Ini menolong menentukan register bahasa. Kedua, gunakan glossarium. Sekelompok istilah teknis yang konsisten bisa menyelamatkan hari (dan reputasi).
Tool itu sahabat. CAT tools (Computer-Assisted Translation) seperti memoQ atau Trados memudahkan memori terjemahan, tapi jangan lupa Google Translate dan duetnya, post-editing, bisa cepat kalau kamu tahu batasannya. Juga, cek sumber-sumber referensi: kamus khusus, korpus online, bahkan forum penerjemah. Saya sering menengok cevirmenler waktu butuh perspektif atau terjemahan idiomatik dari bahasa Turki—lalu menyesuaikannya ke Bahasa Indonesia.
Praktis lainnya: buat template pertanyaan kepada klien. Misalnya: siapa audiens? Ada style guide? Boleh pakai istilah asing? Jelas itu ngirit waktu saat revisi. Oh, dan backup file. Dua copy. Satu di cloud. Satu di hard drive. Percayalah, pernah saya kehilangan 2 jam kerja hanya karena file corrupt.
Curhat lucu: cerita dari lapangan (bisa ditertawakan)
Pernah suatu hari saya menerjemahkan manual blender. Di bagian safety warning ada kalimat: “Do not operate without guard in place.” Saya menerjemahkannya jadi “Jangan mengoperasikan tanpa pelindung”. Klien balas: “Boleh lebih santai? Pakai kata ‘penutup’ saja, supaya konsumen enggak trauma.” Saya terbahak. Ada juga yang minta terjemahan iklan minuman: asalnya puitis, klien minta versi ‘anak gaul’—akhirnya muncul slogan yang lebih mirip caption Instagram remaja.
Lucu memang. Kadang juga sedih. Ketika subtitling drama, saya harus meredam jokes lokal yang nggak nyambung. Solusinya: tambahkan subtitle kecil yang menjelaskan referensinya, atau mencari padanan lokal. Tidak semua solusi memuaskan semua pihak. Itulah bagian kerja kreatif: kompromi terus untuk hasil terbaik.
Dasar-dasar linguistik: kenapa ilmu ini penting?
Biar terdengar berat, linguistik sebenarnya membantu kita memahami struktur bahasa, makna, sampai variasi dialek. Dengan sedikit pengetahuan linguistik, masalah ambiguitas bisa diurai. Misalnya, struktur kalimat pasif vs aktif, scope negasi, atau pragmatik (apa maksud pembicara di balik kata-kata). Ini berguna saat menghadapi teks hukum, kontrak, atau naskah yang sarat implikatur.
Kalau kalian penasaran, pelajari minimal semantik dasar dan teori penerjemahan. Tidak perlu jadi ahli, cukup pahami konsep transfer makna, domestikasi vs asingkan, dan register. Dengan itu, keputusan terjemahan jadi lebih terstruktur, bukan hanya berdasar feeling semata.
Penutup ringan: menjadi penerjemah itu seperti menjadi jembatan—kadang goyah, kadang kuat. Kita mesti fleksibel, teliti, dan kreatif. Kalau sedang buntu, jalan-jalan sebentar, kopi lagi, atau ngobrol dengan teman sejawat. Curhat juga boleh; siapa tahu salah satu dari kita nemu solusi paling nyeleneh tapi efektif. Selamat menerjemah. Semoga kata-kata selalu jatuh ke tempat yang tepat, dan semoga klien kita tahu betapa magisnya kerja kecil ini.